BIOGRAFI SINGKAT
"AL HABIB MUHAMMAD BIN ALI AL HABSYI"
PENDIRI DAN PENGASUH PP. RIYADLUS SHOLIHIN KETAPANG
A. Kelahiran
dan Pendidikan Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi
Beliau dilahirkan di wilayah
Ampel Denta Surabaya pada tanggal 20 Februari 1945 di Kelurahan Wonosari
Kecamatan Surabaya Utara. Beliau mempunyai seorang ayah yeng bernama Habib Ali
Bin Muhammad Al Habsyi hingga sanadnya bersambung pada Nabi Muhammad SAW.
Beliau adalah cucu Rasulullah yang ke-37. Keluarga Habib Muhammad berasal dari
daratan bagian selatan Jazirah Arab tepatnya di daerah Hadramaut. Diantara
silsilah Beliau yang pertama kali masuk ke Indonesia untuk menyebarkan agama Islam
adalah As-Sayyid Hussin bin Abdillah
kira-kira pada tahun 1800 M. Beliau juga pernah tinggal di Cirebon bersama orang tuanya untuk berdagang dan menyiarkan dan
menyebarkan agama Islam.
Habib Muhammad setelah menginjak
usia 7 tahun Beliau memasuki Sekolah Dasar (SR Menteng Mereng 1) di Surabaya
pada tahun 1952 pada pagi hari dan pada
siang harinya beliau belajar Al Qur’an dan dasar –dasar agam Islam kepada
Ustadz Agil bin Yahya, kemudian pada tahun 1958-1961 Beliau belajar di SMP Santo Karolus Kepanjen Surabaya dan
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMA
Astra di Tegal Sari Surabaya pada tahun 1961-1964. Begitu
Habib Muhammad lulus dari SMA Astra
dengan restu ayahnya Beliau mendaftarkan diri pada Fakultas Kedokteran jurusan
Farmasi/Apoteker di jalan Dago Bandung. Akan tetapi beliau tidak bisa menyelesaikan
studinya di Bandung mengingat pada tahun 1965 kondisi genting dan situasi kacau
dengan adanya pemberontakan PKI, akhirnya beliau diminta ayahnya untuk pulang
dan akan dinikahkan, sehingga beliau
sempat belajar di Bandung hanya selama 8 bulan. Selanjutnya Beliau
memperdalam ilmu-ilmu hadits dan Bahasa Arab di Pondok Pesantren Darul Hadits
Malang yang diasuh langsung oleh Prof.
DR. Al Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih dan juga beliau sempat bebguru
kepada Ust.Ba’bud untuk memperdalam
ilmu da’wah dan pengetahuan agama Islam di pondok pesantren Darun Nasyi’in Lawang Malang, juga
Beliau berguru dan belajar kepada As-sayid
Al Imam Al Habib Muhammad bin Alwi Al
Maliki di kota Makkah Al Mukarromah Saudi Arabia pada tahun 1979,1982, 1983
dan 1985.
B. Merintis
Pondok Pesantern
Pada tahun 1969 Al Habib
Muhammad bin Ali Al Habsyi datang ke Ketapang Probolinggo, kedatangan beliau di
desa Ketapang tidak mempunyai sanak saudar bahkan keberadaan beliau dianggap
sebagai ” musuh ” oleh tetangga
disekitar beliau, namun dengan akhlak dan keteladanan serta kesabaran beliau
akhirnya sebagian besar dari mereka berbalik menjadi muhibbin beliau.
Dengan
tanpa membawa bekal apapun apalagi rumah, oleh karena itu beliau bermaksud
menyewa rumah milik Bapak Beranom selama tiga tahun tetapi Bapak Beranom tidak
menyewakan rumahnya dikarenakan ia tidak mempunyai rumah lagi kecuali yang ia
tempati pada waktu itu, entah ada rahasia apa beliau tetap bersikeras hendak
menyewa rumah Bapak Beranom, usaha Beliau untuk menyewa ruamah Bapak Beranom
dilakukan sampai empat kali. Sebelum menempati rumah Bapak Beranom beliau
biasanya mampir di rumah Bapak Astro yang biasa beliau panggil dengan sebutan ”
bujuk ” ia adalah tukang pijat
langganan beliau.
Pada suatu hari Bapak Beranom kedatangan tamu yang aneh dan
misterius dikatakan aneh karena sang tamu selau mengucapkan salam terus menrus
mulai dari jarak ± 65 m rumah Bapak Beranom
sampai kedepan pintu rumahnya kemudian ia mempersilahkan sang tamu tersebut
untuk masuk, setelah memasuki rumah Bapak Beranom sang tamu tersebut tanpa basa
basi secara sepontan langsung mengucapkan ” bahwa di belakang rumah Bapak
Beranom kelak akan ada sinar yang sangat terang ” dan sang tamu
tersebut selanjutnya memberikan amalan yang harus ia baca sebanyak tujuh belas kali yaitu bacaan ” astaghfirullohal adzim, laa ilaha illa anta
subhanaka inni kuntu mindzzolimin ” setelah itu sang tamu langsung
berpamitan untuk pulang . Melihat keberadaan sang tamu yang sangat menyedihkan
Bapak Beranom merasa iba, ia
bermaksud memberikan uang kepada sang tamu tersebut tetapi apa daya ia tidak
punya uang sepeserpun ia berusaha untuk pinjam tetapi gagal. Kemudian pada
malam harinya sekitar jam satu malam Bapak Beranom bermimpi melihat Al Habib
Muhammad bin Ali Al Habsyi duduk
menghadap kiblat sambil membaca ” laa ilaha illalloh Muhammadur Rosululloh ” tasbih
yang beliau pakai bersinar seperti lampu listrik sampai menjulang tinggi ke
langit. Keesokan harinya Al Habib
Muhammad bin Ali Al Habsyi bersama Kiyai
Samhadi datang lagi ke sang tamu tersebut untuk masuk, setelah memasuki
rumah Bapak Beranom sang tamu tersebut tanpa basa basi secara sepontan langsung
mengucapkan ” bahwa di belakang rumah Bapak Beranom kelak akan ada sinar
yang sangat terang ” dan sang tamu tersebut selanjutnya memberikan amalan
yang harus ia baca sebanyak tujuh belas
kali yaitu bacaan ” astaghfirullohal adzim, laa ilaha illa anta
subhanaka inni kuntu mindzzolimin ” setelah itu sang tamu langsung
berpamitan untuk pulang . Melihat keberadaan sang tamu yang sangat menyedihkan
Bapak Beranom merasa iba, ia
bermaksud memberikan uang kepada sang tamu tersebut tetapi apa daya ia tidak
punya uang sepeserpun ia berusaha untuk pinjam tetapi gagal. Kemudian pada
malam harinya sekitar jam satu malam Bapak Beranom bermimpi melihat Al Habib
Muhammad bin Ali Al Habsyi duduk
menghadap kiblat sambil membaca ” laa ilaha illalloh Muhammadur Rosululloh ” tasbih
yang beliau pakai bersinar seperti lampu listrik sampai menjulang tinggi ke
langit. Keesokan harinya Al Habib
Muhammad bin Ali Al Habsyi bersama Kiyai
Samhadi datang lagi ke
Sebelum mendirikan pondok Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi ikut
dalam group ” ATUM ” yang dipimpin oleh Kiyai Samhadi. Group ” ATUM ” ini adalah
bergerak dibidang dakwah dengan menampilkan lakon –lakon para nabi. Al Habib
Muhammad bin Ali Al Habsyi sering menjalani lakon sebagai Nabi Yusuf AS
disamping tugas beliau sebagai tukang masak dan sekaligus belanja ke pasar
disamping itu juga beliau aktif berdagang dengan tujuan utama untuk berdakwah.
Setelah mendiami rumah Bapak Beranom selama tiga
tahun maka pada tahun 1971 Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi membangun rumah diatas
tanah yang dihadiahkan oleh H. Yusuf yang pada waktu itu ia adalah Kepala desa
Ketapang. Dengan hasil berdagang yang tergolong pas pasan Beliau bertekad membangun rumah setahap demi
setahap, bahkan karena keterbatasan dana tukang yang bekerja kadang cuma satu minggu
kemudian libur dua minggu meskipun demikian karena tekad beliau yang sudah
bulat akhirnya rumah yang dicita-citakan beliau jadi. Dari kediaman baru ini
beliau mulai merintis da’wah Islamiyah, beliau menyulap ruangan yang ada di
dalam rumah beliau dijadikan tempat sholat ( mushollah ). Beliau membuka
pengajian Al-Qur’an serta pengajian kitab-kitab kuning sehingga banyak santri
–santri yang berdatangan untuk mengaji kepada beliau, kebanyakan santri beliau
dari kalangan fuqoro’ masakin dan yatim piatu beliau tidak menarik uang
sepeserpun terhadap para santri namun dengan keihlasan dan ketelatenan beliau
mendidik dan melayani kebutuhan santri dari mulai makan sampai dengan pakaian
dengan biaya beliau sendiri dari hasil berdagang, bahkan dari tangan belaiu
sendiri dan istri beliau yang memasak
dan menghidangkan makanan untuk santri meskipun beliau harus terlebih dahulu
hutang untuk memenuhi kebutuhan makan santri. Dengan semakin banyaknya santri
maka semakin dirsa kekurangan akan sarana dan prasarana untuk itu beliau membangun
sarana kamar, untuk pembangunan tersebut
90 % beliau danai sendiri sehingga beliau bisa mendirikan pondok pesantren yang
layak untuk santri .
Beliau terkenal dengan akhlaknya yang mulia,
ketawaduannya yang luar biasa, beliau seorang pemaaf, seorang yang sangat
pemurah sangat dermawan beliau selalu membuka diri bagi tamu – tamu yang ingin
berkunjung selama 24 jam, beliau tidak membeda - bedakan tamu yang datang baik
dalam segi hidangan ataupun yang lainnya bahkan beliau selalu menghadiri
undangan dari orang yang miskin hanya untuk sekedar undangan makan disamping
itu beliau juga berda’wah ke desa-desa sampai dengan akhir hayatnya.
Beliau wafat pada hari senin
tanggal 12 Muharrom 1426 H. Atau bertepatan dengan tanggal 20 Februari 2005
yang merupakan tanggal dan bulan kelahirannya. Beliau dikebumikan di komplek
pesantren tepatnya di barat Masjid Nurul
Jadid Al Hasani.
C. Karomah
- Karomah Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi
Tanda – tanda karomah dan kewalian beliau
tidak hanya diakui oleh kalangan awam bahkan oleh kalangan khos juga mengakui
karomah dan kewalian beliau ini dibuktikan dengan seringnya beliau dikunjungi
oleh habaib dan ulama’ – ulama’ yang terkenal kewaliannya baik beliau masih
berda dirumah kontrakan Bapak Beranom ataupun beliau sudah pindah dirumah timur
milik beliau sendiri diantaranya adalah Al Habib Abdulloh Bin Abdul Qodir
Bilfaqih, Al Habib Ali Kwitang Jakarta, Habib Sholeh Tanggul bahkan beliau pula
yang menikahkan Habib Muhammad dengan Syarifah Laily Assegaf, Abuya As – Sayid
Al Imam Muhammad Bin Alwi Al Maliki, KH. Abdul Hamid, KH. As’ad Samsul Arifin
Sukorejo, KH. Non Khalim Genggong, KH. Halimi Banten dll. disamping beliau juga
sering mengunjungi / sowan ke para Habaib dan kiai - kiai lainnya. Tidak hanya
para Habaib atau kiai sja yang beliau kunjungi tetapi beliau juga suka bersilaturrahim kepada oarang
–orang awam dan muhibbiin beliau. ini
adalah merupakan ciri khas dan sifat beliau. Karena sifat beliau inilah ulama
–ulama di Probolinggo khususnya di Jawa Timur umumnya terjalin tali
silaturrahim dan persatuan yang kuat.
Berikut ini sebagian kisah – kisah yang menunjukan
kewalian dan karomah Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi :
1. Pada suatu hari Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi bersama Bapak Beranom,
K. Randu Anom, Bapak Karsari berkunjung/sowan ke KH. Abdul Hamid Pasuruan
sesampai di ndalem KH. Abdul Hamid beliau menayakan nama- nama yang ikut Al
Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi setelah diperkenalkan satu persatu lantas KH.
Abdul Hamid menyebut nama Bapak Beranom sampai tiga kali kemudian KH. Abdul
Hamid berkata dengan bahasa jawanya ; ” Beranom iku tuwo tetapi enom Habib iku
enom tetapi tuwo ” ini menunjukan pengakuan KH. Abdul Hamid terhadap Al Habib
Muhammad bin Ali Al Habsyi akan kedudukan beliau meskipun beliau masih muda.
Kejadian berikutnya KH. Abdul Hamid menyuapi makanan yang terbuat dari ketan
hitam kepada Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi karena sifat tawdu’ nya beliau
menolak tetapi KH. Abdul Hamid tetap memaksa diiringi dengan ucapan sang kiyai
” barokah Habib ” akhirnya lewat tangan yang mulia itu beliau menelan makanan
tersebut. Setelah berpamitan pulang kepada KH. Abdul Hamid beliau diberi uang
Rp. 5000,- oleh kiai, kemudian Habib dan rombongan melanjutkan perjalannaya ke Surabaya
untuk berziarah ke makam Boto Putih di tengah perjalanan yaitu tepatnnya di
Bangil ada seorang nenek dan cucunya turun tetapi ikan yang ia bawa hilang
entah jatuh dimana maka terjadilah keributan antara sang nenek, kondektur dan
sopir sehingga membangunkan habib yang sedang tertidur, oleh habib ditanyakan ”
berapa harga barangnya yang hilang itu ” si nenek menjawab Rp. 5000,- ,
langsung saja pemberian uang dari KH. Abdul Hamid diberikan kepada si nenek
tersebut.
2. Pada suatu hari Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi bersilaturrahim ke K.
Fadhol Kademngan _ yang dikenal dengan kewaliannya dan bahasa – bahasa
isyaratnya _ begitu melihat Habib K. Fadhol langsung menyambut beliau dengan
berdiri ditengah pintu sambil berkata dengan bahasa maduranya : ” Bedheh jeren Sumbawa rajeh dari bere’ ke
temor, bareng bapen rajeh anen jeung rajeen ” yang dalam bahasa Indonesianya ” ada kuda Sumbawa besar dari Barat pindah
ke Timur yang kedudukan ayahnya tinggi, putranya akan lebih tinggi kedudukannya
melebihi kedudukan ayahnya ” ucapan
ini diulang - ulang oleh K. Fadhol sampai tiga kali.
3. Dikisahkan pada tahun 1982 Abuya As – Sayid Al Imam Muhammad Bin Alwi Al
Maliki bermimipi bertemu dengan Rosululloh SAW dalam mimipi tersebut beliau diperintahkan
untuk mencari dan mengunjungi saudara beliau di Indonesia yang mana ciri –
cirinya dia menghidangkan hidangan dengan tangannya sendiri kepada Abuya. Kemudian
sampailah Abuya ke Jakarta Beliau tidak menemukan orang yang sebagaimana disyaratkan
oleh Rosululloh SAW. Dalam rangkain pencariannya akhirnya sampailah Abuya di
Probolinggo untuk berkunjung di kediaman Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi, dalam
menyambut tamunya ini beliau dengan tawadu’ dan penuh hormat menghidangkan
sendiri hidangan kepada Abuya As – Sayid Al Imam Muhammad Bin Alwi Al Maliki tanpa
dibantu oleh hadam meskipun beliau mempunyai hadam dan banyak santri. Dengan
melihat kenyataan ini maka Abuya menjadi
yakin bahwa Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi-lah yang dimaksud oleh
Rosululloh SAW.
4. Diceritakan bahwa Al Imam Al Habib Abdulloh bin Abdul Qodir Bilfaqih seorang
wali Alloh yang ahli berkhalwat disaat –saat menjelang kewafatan beliau mengunjungi
Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi menurut putra Beliau Al Habib Abdurraham
Bin Abdulloh Bilfaqih Ayahnya tidak akan keluar kecuali mendapat ijin atau
mendapat perintah dari Rosululloh SAW, disaat yang bersamaan Al Habib Muhammad
bin Ali Al Habsyi juga mengunjungi Al Imam Al Habib Abdulloh bin Abdul Qodir
Bilfaqih tetapi ditengah perjalanan Al Habib Muhammad membatalkan perjalananya
dan kembali ke Ketapang untuk menunggu Al Habib Abdulloh bin Abdul Qodir
Bilfaqih dan ternyata firasat beliau terbukti Al Habib Abdulloh bin Abdul Qodir
Bilfaqih benar – benar berkunjung ke kediaman Al Habib Muhammad bin Ali Al
Habsyi. Dalam kunjungannnya Al Habib Abdulloh memberikan isyarat –isyarat yang
hanya Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi sendiri yang mengerti seperti Al Habib
Abdulloh meminum susu yang diberikan Al Habib Muhammad padahal beliau adalah
orang yang sangat waro’ kemanapun Beliau pergi pasti membawa makanan dan alat
makanan sendiri Al Habib Abdulloh juga menerima pemberian minyak mawar dari Al
Habib Muhammad.
D. Masa Transisi Kepemimpinan
Pesantren
Dengan wafatnya Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi maka tampuk
kepemimpinan tertinggi pondok pesantren mengalami kekosongan. Sesuai dengan
tradisi pesantren anak tertua adalah sebagai kholifah atau pengganti, tetapi
karena putra tertua beliau yaitu Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi masih
belajar di Makkatul Mukarromah maka adik beliau yaitu Al Habib Hadi bin
Muhammad Al Habsyi harus menggantikan kakak beliau sekaligus menggantikan ayah
beliau.
Pada masa transisi ini beban yang ditanggung
Al Habib Hadi bin Muhammad Al Habsyi sangat berat dikarenakan masih dalam
suasana duka juga harus membenahi pesantren baik sarana ataupun prasarana yang
sangat kurang, disamping isu –isu miring yang diarahkan kepada pondok pesantren
dan kepada beliau khususnya.
Namum beban dan tanggung jawab yang sangat
berat ini tidak membuat Al Habib Hadi bin Muhammad Al Habsyi mundur
selangkahpun, meskipun usia beliau yang terbilang muda beliau tampil memimpin
pesantren yang berpengaruh di kawasan Probilinggo untuk membawa nama besar dan
membesarkan pondok pesantren. Ini dibuktikan dengan diselesaikannya pembangunan
pondok putri yang pada masa Al Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi masih belum
selesai juga sarana –sarana yang lain seperti pembangunan Aula dan kelas
berlantai dua, pengadaan rehab pondok pesantren putra, pembangunan tempat
ketrempilan koperasi, pengadaan mesin paving, gipsum dll. Tidak hanya itu
pondok pesantren juga melengakapi saran –sarana pendidikan seperti pengadaan
lab komputer dan lab bahasa serta sarana – sarana lainnya.
Pada masa kepemimpinan Al Habib Hadi bin
Muhammad Al Habsyi kebijakan yang beliau terapkan tidak jauh berbeda dengan
ayah beliau yaitu menanggung segala kebutuhan sandang pangan serta alat –alat
sekolah bagi fuqoro’ masakin dan yatim piatu dan tidak mebebani dan memberatkan
bagi santri yang mampu untuk membayar iuran pondok yang hanya Rp. 100.000,- per
tahun. Pada masa beliau juga pengembangan dan prestasi lembaga pendidikan
formal mengalami peningkatan yaitu dengan naiknya stastus sekolah yang dulu
masih terdaftar kini menjadi terakreditasi B atau diakui, juga prestasi –
prestasi siswa seperti menjaurai lomba lomba – yang diadakan pihak pemerintah atau
instansi – instansi lainnya.
Pada
tanggal 15 Mei 2007 Putra pertama Almarhum Al Maghfurlah Al Habib Muhammad bin
Ali Al Habsyi yaitu Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi kembali ke Indonesia
untuk meneruskan perjuangan ayahnya bersama adik beliau. Dengan datangnya Al
Habib Ali, Al Habib Hadi bin Muhammad Al
Habsyi berkonsentrasi untuk mengurusi segala kebutuhan dan pembangunan serta
pengembangan pesantren sedangkan Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi
berkonsentrasi untuk meneruskan perjuangan ayahnya yaitu berdakwah di tengah –
tengah masyarakat.
Demikian
sekelumit bografi singkat Almarhum Al Maghfurlah Al Habib Muhammad bin Ali Al
Habsyi yang jauh dari sempurna ini. Semoga kita bisa meniru dan meneruskan
serta membantu perjuangan Beliau. Amin. (Dok.PPRS)
Subhanallah.... :)
BalasHapusAllhumma firlahu
BalasHapus... اللهم انفعنا ببركتهم
BalasHapusسبحناالله
BalasHapusعسى الله ان ينور ضريحه
BalasHapusاللهم امين
Subhanallah.
BalasHapusYa alloh . Jadi pengen nang asta e habibb
BalasHapus